Sasirangan: Kain Penyembuh Warisan Suku Banjar

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Proses pembuatan pola pada kain polos. (Foto: via Kaskus)

Salah satu kain tradisional yang menjadi ciri khas Pulau Kalimantan adalah kain Sasirangan, yang merupakan warisan budaya dari suku Banjar. Seperti halnya batik, kain Sasirangan merupakan salah satu jenis kain tradisional yang dibuat menggunakan teknik celup rintang (resist-dye), namun apabila pada batik, warna dirintang dengan penggunaan malam, pada kain Sasirangan, warna dirintang dengan jahitan jelujur yang diikat (stitch-resist dye).

Selain memiliki keindahan yang datang dari warna-warna bernuansa cerah, kain Sasirangan juga dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Baca juga:

Sejarah, Kekuatan Magis, dan Arti di Balik Warna Kain Sasirangan

Sejarah kain Sasirangan dapat ditarik hingga 9 abad yang lalu, ketika Lambung Mangkurat masih memimpin Patih Negara Dipa. Setelah bertapa selama 40 hari, Lambung Mangkurat melihat buih yang dapat berbicara. Buih itu mengatakan kalau ia akan merubah wujudnya menjadi manusia ketika Lambung Mangkurat memenuhi permintaannya berupa istana dan selembar kain bermotif padi waringin dalam satu hari. Kain inilah yang kemudian dikenal sebagai kain Sasirangan.

Hingga saat ini, kain Sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat mengobati penyakit serta mengusir dan melindungi pemakainya dari gangguan roh jahat. Namun, tidak sembarang kain Sasirangan dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Sesuai dengan warnanya, kain Sasirangan dipercaya memiliki kekuatannya masing-masing, antara lain:

  1. Kain Sasirangan Kuning, biasanya dipakai oleh orang yg sedang mengalami penyakit kuning.
  2. Kain Sasirangan Merah, biasanya dipakai oleh orang yang sedang mengalami sakit kepala dan susah tidur.
  3. Kain Sasirangan Hijau, biasanya dipakai oleh orang yang sedang mengalami stroke atau kelumpuhan.
  4. Kain Sasirangan Hitam, biasanya dipakai oleh orang yang sedang mengalami deman dan kulit gatal-gatal.
  5. Kain Sasirangan Ungu, biasanya dipakai oleh orang yang sedang mengalami penyakit pencernaan.
  6. Kain Sasirangan Coklat, biasanya dipakai oleh orang yang sedang berada di bawah tekanan.
Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Warna-warna mencolok kain Sasirangan. (Foto: oleh Stephanie Elia, Dok. Kumparan)

Meski awalnya lebih sering digunakan untuk tujuan pengobatan, namun seiring dengan berjalannya waktu peminat kain Sasirangan pun semakin meningkat. Kini, kain Sasirangan dapat digunakan oleh berbagai kalangan baik sebagai pakaian adat maupun sehari-hari. Pada umumnya, para lelaki akanmenggunakan kain Sasirangan sebagai ikat kepala, sabuk, dan sarung, sedangkan para perempuan akan mengenakannya sebagai selendang, kerudung, dan kemben.

Kain Sasirangan juga kini memiliki beragam jenis motif yang telah terdaftar secara resmi melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI, yang antara lain bernama Iris Pudak, Kambang Raja, Bayam Raja, Kulit Kurikit
Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, dan masih banyak lagi.

9 Tahap Produksi Kain Sasirangan

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Situasi di sebuah rumah pengrajin kain Sasirangan. (Foto: Dok. Metro Kalimantan)

Istilah Sasirangan datang dari penggabungan dua kata, yaitu “sa” yang berarti satu dan “sirang” yang berarti jelujur. Hal ini sejalan dengan proses produksi kain sasirangan yang menggunakan teknik jahit jelujur, sejenis juga dengan kain Jumputan asal Sumatera Selatan. Untuk menjadi kain Sasirangan yang biasa kita lihat di pasaran, para pengrajin lokal harus melalui 9 tahap produksi terlebih dahulu.

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Proses pengikatan jahitan jelujur. (Foto: Dok. Kalselpos)

Pertama-tama, pengrajin kain sasirangan harus menyiapkan kain putih terlebih dahulu. Untuk menghasilkan kain Sasirangan tradisional, biasanya kain ini dibuat sendiri menggunakan katun. Namun, banyak juga pengrajin yang memanfaatkan material lain seperti rayon, dan sutra. Setelah mendapakan kain putih, mulailah tahap penggambaran pola.

Saat menjahit jelujur, pengrajin tidak dapat asal menjahit begitu saja. Penjahitan harus mengikuti gambar pola dan berjarak satu sampai tiga milimeter dari masing-masing jahitan. Setelah selesai dijelujur, jahitan kemudian ditarik sehingga kain mengerut.

Menteri UMKM Teten Masduki terus mendukung penyalur KUR. Salah satunya pengrajin sasirangan bordir khas Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Demonstrasi proses pembukaan jelujur setelah proses pewarnaan di galeri NDF Sasirangan Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. (Foto: Dok. Detik Finance)

Selanjutnya, sebelum memasuki proses pewarnaan, kain harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air dingin yang dicampur dengan kaporit selama semalam. Hal ini dilakukan agar menghilangkan kanji pada permukaan kain dan mempermudah penyerapan warna. Salah satu hal yang membuat kain Sasirangan spesial adalah penggunaan pewarna alam pada proses produksinya. Biasanya, para pengrajin memanfaatkan tumbuhan seperti kunyit, daun rambutan, akar pepohonan, hingga berbagai jenis bunga.

Pewarnaan juga dapat dilakukan menggunakan 3 teknik, pencelupan biasa apabila hanya menggunakan satu warna, pencoletan ketika menggunakan lebih dari satu warna, dan gabungan keduanya. Setelah diwarnai, jahitan jelujur pada kain kemudian dilepas, dicuci, dan dikeringkan.

Kampung Sasirangan, Upaya Pelestarian Kain Sakral Suku Banjar di Kalimantan Selatan

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Kampung Sasirangan, Banjarmasin. (Foto: Dok. Banjarmasin Tourism)

Pada tahun 2016, pemerintah kota Banjarmasin turut andil dalam menggerakkan kegiatan pelestarian kain Sasirangan dengan membangun Kampung Sasirangan. Selain sebagai salah satu pusat produksi kain sasirangan terbesar di Kalimantan Selatan, Kampung Sasirangan juga dijadikan sebuah objek wisata. Karena, tidak hanya para pengunjung dapat membeli produk jadi kain Sasirangan, namun mereka juga dapat melihat para pengrajin membuat kain ini di rumah mereka.

Selain pemerintah kota Banjarmasin, upaya pelestarian kain Sasirangan juga dilakukan oleh pemerintah daerah lain. Seperti pemerintah daerah kecamatan Gambut, Banjarbaru, misalnya. Melalui Badan Restorasi Gambut (BRG), pada tahun 2018 mereka membuat Kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta  melatih masyarakat di pedesaan di Gambut untuk membuat kerajinan kain Sasirangan. Selain itu, BRG juga berperan sebagai penyalur hasil produksi para pengrajin desa-desa Gambut ke berbagai pasar di Kota Banjarbaru. 

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Salah satu toko di Kampung Sasirangan. (Foto: Dok. Cerita Sondha)

Kami memberikan bantuan peralatan seperti mesin jahit dan sekarang dalam proses mengirimkan paket kamera digital untuk memudahkan pelaku UMKM menghasilkan foto produk yang bagus. Hal ini kami lakukan setelah sebelumnya memberikan pelatihan pemasaran digital.”

— Yuyus Afrianto, Plt. Kepala Sub Kelompok Kerja yang mengurusi Kemitraan dan pemberdayaan UMKM di BRG.

Kain Sasirangan Kalimantan Indonesia
Beragam desain motif yang dilombakan pada Banjarmasin Sasirangan Festival 2020. (Foto: Dok. Antaranews)

Pelestarian kerajinan kain Sasirangan pun diupayakan oleh pemerintah dengan diadakannya Banjarmasin Sasirangan Festival pada tahun 2020, di mana diadakan pula kompetisi perancangan motif-motif baru kain Sasirangan yang berhasil mengumpulkan 43 desain motif baru yang juga dipamerkan di festival. Acara ini diadakan demi mendukung perkembangan inovasi dan kreativitas para perajin kain Sasirangan.

Penulis: Nabila Nida Rafida | Editor: Mega Saffira | Sumber: Banjarmasin Tourism | Fit In Line | Indonesia Kaya | Irma Sasirangan | Tribunnews | Warta Ekonomi | Antaranews | Sekretarias Daerah Kota Banjarmasin

One comment

Leave a comment